Subjek: Aqli, Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Dari: "Anne Ahira - Asian Brain"
Tanggal: 07-07-2010 17.05
--------------------------------------------------------------------------
** Asian Brain Newsletter - Think & Succeed! ** Jumlah Pembaca: 100,000 +
Anne Ahira - Publisher
--------------------------------------------------------------------------
Dear Aqli,
Sebelum saya menyuguhkan artikel, saya ingin berbagi dulu cerita. Intermezo dikit ya! Biar tidak bosan! :-)
Begini ceritanya..
Gara-gara nama saya AHIRA, banyak orang berpikir saya orang Jepang atau ada keturunan Jepang. Mungkin Aqli pun pernah berpikir demikian.
Pertanyaan itu sering terjadi sejak saya masih duduk di bangku sekolah dan sampai sekarang!
Nama saya memang Ahira, tapi saya bukan orang Jepang, meskipun wajah saya
agak-agak mirip Shasimi! ^_^
Nama 'Ahira' itu sebenarnya diambil dari kata 'terAKHIR'.
Ceritanya ibu saya 'kapok' saat melahirkan saya. Kalau bayi normal khan biasa tinggal di perut Ibu itu 9 bulan, kalau saya tinggal di perut Mama lebih dari 12 bulan! :-(
Nah, mungkin dari sana mamaku tidak mau punya anak lagi, dan dia memutuskan
"INI anak terakhir", sampai beliau akhirnya memberi saya nama Anne AHIRa. :-)
Tapi kenyataannya tahun depannya kok saya punya adik lagi ya?! ^_^
So, saudara saya jadi ada 2. Yg pertama namanya Anna, saya Ahira, dan adik saya Asri.
Saya selalu protes sama Mama, harusnya dia memberi nama Kakak saya "Awala(n)", saya "Sisipa(n)" & adik saya "Ahira(n)" ^_^
Begitu Aqli ceritanya.... jadi Aqli sekarang tahu kalau saya bukan dan tidak ada turunan dari Jepang. Cuma wajah saja mungkin yaa sedikit mirip tahu Jepang! :-p
Saya sebenarnya asli dari Banjaran. Banjaran itu sebuah Kampung di daerah Bandung Selatan. (kayaknya nggak ada di peta deh!) maka tidak jarang teman saya bilang, rumah Ahira itu letaknya di
Bandung Coret! hehe
Dan memang, dari 10 orang teman / tamu yang mau berkunjung ke rumah saya, 9 di antaranya pasti nyasar! Yang satu nggak nyasar, karena dia tetangga saya.. lol
Oce, sekian intermezonya, di bawah adalah artikel saya yang kelima!
Selamat membaca! :-)
Anne Ahira Asian Brain, CEO
http://www.AsianBrain.com INTERNET MARKETING CENTER
--------------------- Main Article : ---------------------
Kuasai Kecerdasan Emosi Anda!
Ditulis oleh: Anne Ahira
"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat,
dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yg baik, bukanlah hal mudah." -- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
Mampu menguasai emosi, seringkali orang menganggap remeh pada masalah ini. Padahal, kecerdasan otak saja tidak cukup menghantarkan seseorang mencapai kesuksesan.
Justru, pengendalian emosi yang baik
menjadi faktor penting penentu kesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks.
Dengan kecerdasan ini, seseorang bisa memahami, mengenal, dan memilih kualitas mereka sebagai insan manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik dan membuat keputusan dengan bijak.
Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ia pun tahu tujuan hidupnya, dan akan bertanggung jawab dalam segala hal yang
terjadi dalam hidupnya sebagai bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Kecerdasan emosi lebih terfokus pada pencapaian kesuksesan hidup yang *tidak tampak*.
Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya.
Terbukti, pencapaian kesuksesan secara materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang.
Di tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan "EQ"), dikenalkan melalui pasar dunia.
Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap bentuk interaksi lebih dibutuhkan daripada
kecerdasan otak (IQ) seseorang.
Sekarang, mari kita lihat, bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar biasa....
Seorang miliuner kaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh apik dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang
diperkirakan sebesar satu miliar US dollar.
Dua buku berhasil ditulis pada puncak karirnya, yaitu "The Art of The Deal dan Surviving at the Top". Namun jalan yang dilalui Trump tidak selalu mulus...
Aqli ingat depresi yang melanda dunia di akhir tahun 1990? Pada saat itu harga saham properti pun ikut anjlok
dengan drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat berkebalikan.
Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya.
Beberapa temannya yang mengalami nasib serupa berpikir bahwa inilah akhir
kehidupan mereka, hingga benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Di sini kecerdasan emosi Trump benar-benar diuji. Bagaimana tidak, ketika ia mengharap simpati dari mantan istrinya, ia justru diminta memberikan semua harta yang tersisa sebagai ganti rugi perceraian mereka.
Orang-orang yang dianggap sebagai teman
dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja. Alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.
Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada "intangible asset" yang tetap
dimilikinya.
Ya, Trump memiliki pengalaman dan pemahaman bisnis yang kuat, yang jauh lebih berharga dari semua hartanya yang pernah ada!
Apa yang terjadi selanjutnya?
Fantastis, enam bulan kemudian Trump sudah berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya.
Tiga tahun berikutnya, Trump mampu
mendapat keuntungan sebesar US$3 Milliar. Ia pun berhasil menulis kembali buku terbarunya yang diberi judul "The Art of The Comeback".
Dalam bukunya ini Trump bercerita bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat dan fokus daripada sebelumnya.
Bahkan ia berpikir, jika saja musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan
pernah tahu teman sejatinya dan tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya. Luar biasa bukan? :-)
Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi ketakutan.
Tidak sama halnya seperti kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir
pada setiap org & bisa dikembangkan.
Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi:
1. Selalu hidup dengan keberanian.
Latihan dan berani mencoba hal-hal baru akan memberikan beragam pengalaman dan membuka pikiran dengan berbagai kemungkinan lain dalam hidup.
2. Selalu bertanggung jawab dalam segala hal.
Ini akan menjadi jalan untuk bisa mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak mudah menyerah. "being accountable is being dependable"
3. Berani keluar dari zona nyaman.
Mencoba keluar dari zona nyaman akan membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.
4. Mengenali rasa takut dan mencoba
untuk menghadapinya.
Melakukan hal ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.
5. Bersikap rendah hati.
Mau mengakui kesalahan dalam hidup justru dapat meningkatkan harga diri kita.
So, kuasailah kecerdasan emosi Aqli!
Karena mengendalikan emosi merupakan salah satu faktor penting yang bisa mengendalikan Aqli menuju sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan. :-)
Sampai ketemu minggu depan! :-)
************** RESOURCE BOX ********************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar